Saturday, July 2, 2016

Story of Us




SMA adalah masa transisi dari remaja menjadi pribadi yang lebih dewasa. Masa dimana kita  mulai mencari jati diri. Saat kita harus menentukan prioritas, menghadapi masalah, dan menikmatinya. Kisah ini sedikit berbeda, mengenai mimpi akan masa depan dan mulai menggapainya bersama.  Orang bilang SMA adalah masa terindah, saat kita mulai mengenal cinta, bersahabat, dan belum memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Awalnya gua kurang setuju dengan pernyataan ini hingga gua merasa cukup beruntung karena gua menyadarinya sebelum semua berakhir. Cerita ini gua buat sebagai tanda perjuangan kita dalam persiapan masuk PTN dan kenangan dimasa-masa terakhir. MAHASISWA PTN ALPUS 3. Enjoy!
Cerita ini bermula saat kelas sebelas akhir. Walaupun kita masih skeptis terhadap masa depan. Beberapa dari kita sudah ada yang mulai memikirkan apa yang akan kita lakukan kedepannya. Sejak kelas sepuluh gua berharap lolos PTN melalui jalur undangan (SNMPTN). Saat pengumuman SNM kakak kelas dan teman gua yang aksel gak keterima, gua mulai sadar betul kalau Alpus 3 sangat susah untuk lolos melalui jalur SNM. Saat itu gua mulai mencari info tentang PTN terbaik dan jalur masuknya. Gua belum memiliki tujuan pasti tentang PTN apa yang jadi impian gua. Setelah melalui berbagai pencarian akhirnya gua bertekad untuk kuliah di ITB. Ya, kampus impian yang telah melahirkan para pemimpin bangsa. Itulah alasan pertama kenapa gua ingin kuliah di kampus gajah tersebut. 
Kini kita sudah naik ke kelas dua belas. Tahun terakhir SMA yang bisa kita manfaatkan dengan berbagai kepentingan dan tujuan.  Hal yang menjadi pikiran utama yaitu kita akan pilih bimbel dimana? Saat itu gua udah mengetahui kalau bimbel yang cocok untuk gua adalah Inten. Gua mulai ngenalin bimbel Inten ke teman biar bisa belajar bareng di sana. Pada akhirnya banyak yang tertarik dan daftar di sana. Setelah banyak dari kita yang ikut bimbel di Inten,  sudah mulai kerasa kalau di sekolah terbagi menjadi berbagai basis bimbel. Anak-anak Inten pun mulai ngerjain soal-soal Inten, dengan konteks kita adalah para penentang sekolah. Jadi kita lebih mementingkan Inten daripada sekolah, karena Inten mengutamakan SBMPTN sedangkan sekolah hanya ulangan biasa dan UN.
Awalnya kita diskusi soal tryout Inten di sekolah dan ngobrol tentang keinginan kita untuk masuk PTN. Hingga akhirnya kita mutusin buat bikin kelompok belajar. Pertama kali kita baru enam orang, yaitu: gua, Wira, Yudha, Nizam, Mirza, dan Roykhan. Saat itu masih pada jaim tentang visi kita. Gua buat group di line yang namanya ‘The Intens’ tapi diganti jadi ‘Mahasiswa PTN ALPUS 3’ mungkin karna namanya agak alay. kita lebih sering ngerjain soal Inten daripada fokus ke materi sekolah bahkan saat pak Udin nyuruh kita buat buka buku paket, Nizam malah buka buku fisika Inten. Gua yang awalnya merasa risih lama kelamaan juga setuju dan mulai bergantung dengan mereka.
Setelah beberapa waktu kita invite beberapa orang agar bisa saling bantu dan support. Mereka adalah Danar dan Satrio. Kita lagi semangat membuat rencana belajar bareng dan pilih schedule dan basecamp. Ya, gua inget banget waktu itu kita diskusi sangat heboh sampai-sampai yang bukan Inten pun dengar. Bahkan Wira yang beda kelas sering ke kelas gua untuk diskusi dan main bareng. Justru kehebohan itu awalnya yang buat gua punya harapan kalau Alpus 3 bisa. Hingga akhirnya kita sudah dapat schedule dan basecamp. Walaupun saat itu hanya wacana semata, yang penting itu jadi permulaan untuk kita.
Waktu demi waktu berlalu. Gua mulai jadi sosok ambis yang gak pernah terpikirkan sebelumnya. Awalnya gua malu untuk menunjukan itu. Lama-kelamaan gua mulai nunjukin bahkan ngajak mereka karena kita satu visi. Salah satu dari mereka pernah bilang ‘udah jangan malu untuk ambis’.  Kita jadi sering  ngobrol bareng tentang pelajaran, tryout, masalah, dan keluhan tentang hal-hal lainnya. Bahkan gua jadi lebih kenal tentang keinginan dan keharusan mereka untuk mendapatkan kursi di PTN. Kebayangkan kursi aja kita belain mati-matian, gimana elo. Kita ber-delapan pun akhirnya mulai belajar bareng yang sebenarnya, tanpa wacana. Kalau gak salah pertama kali di rumah Danar, sebagai permulaan kita latihan TPA seperti quiz lalu buat ranking. Begitu pun sampai pertemuan kedua dan ketiga hanya terpaku terhadap TPA saja. Pernah juga kita belajar bareng di rumah Lola karena deket banget sama Inten. Waktu itu kita latihan B.Indonesia.
Kita pernah juga kunjungan kampus ke UI. Gua masih ingat saat itu. kita cukup antusias, walaupun sebenarnya impian gua bukan di UI. Kita pergi naik bus travel. Sampai di sana anak IPA dan IPS kebagi dua. Yang IPA pergi ke bagian Perpusat. Perpus nya emang gede banget, udah kayak mall. Hingga beberapa saat kita masuk ke dalam Perpusnya. Banyak banget koleksi bukunya. Momen berkesan gua saat itu adalah disaat yang lain mungkin cuma masuk lalu keluar, gua dan wira malah nyari buku kuliah seperti kalkulus, fisika dasar, dan kimia dasar. Walaupun waktunya cuma sebentar, tapi gua excited bisa kunjung ke Perpusat. Setelah dari Perpusat kita ke aula gitu (gua lupa namanya) buat seminar. Di sana kita dijelasin mengenai UI, Fakultas dan jurusan, cara masuk, dan biaya nya. Basically info yang dikasih sekadar info umum. Tapi rasanya emang beda aja karna kita kunjungan ke UI. Setelah seminar kita kembali ke dekat bis lalu makan siang, shalat, dan kunjungan lagi ke Politeknik UI. Saat di Politeknik UI gua udah gak fokus lagi dan saat itu ada kabar mengenai tragedi Bom Sarinah.
Semester lima pun berlalu. kita semakin serius untuk mempersiapkan SBMPTN. Disaat sekolah sudah kehabisan materi dan mulai mempersiapkan UN. Pada semester enam di sekolah hanya review materi dan soal latihan UN. Sekolah pun membuat berbagai kegiatan seperti tapaz (tryout UN tiap jumat) dan IMU (Indahnya Menghadapi UN) tapi dinganggap tidak penting dan serius. Bahkan banyak watu tapaz lomba cepat-cepatan ngerjain, gua  juga cepat ngerjain bahkan pernah ga baca soalnya. IMU pun juga sama bahkan lebih parah. kita bolos mulu, itu juga karena waktunya bentrok sama Inten. Soalnya IMU diadain setiap senin, selasa, dan kamis tiap pulang sekolah. Di semester terakhir ini juga banyak dari kita yang bolos bahkan cabut sekolah karna memang di sekolah udah ga kondusif belajar, sering juga kelas kosong (ya kalau dulu sih seneng. Tapi sekarang mendingan buat inten). Gua juga sering bolos sekolah untuk belajar zenius.
Dulu pas awal istirahat Inten, kita sering ke ministop buat jajan dan nongkrong nunggu kelas kedua. Tapi sekarang kita lebih nyempetin untuk ke ministop selain di jam istirahat. Paling sering pas weekend. Kita mulai bahas-bahas soal buku SBMPTN, tryout, dll. Yang pasti sih setiap ke ministop duit terkuras karena pasti yang dibeli kalau gak ice cream, onigiri, atau kentang. Di Inten kita juga gak sepenuhnya belajar. Dulu sebelum kelas kita makan dulu di soto depan Inten. Gule nya enak banget menurut gua (tapi karena keseringan gua sampai bosan), ada juga padang tapi kalau kesorean udah tutup. Kita juga sering nyari-nyari tempat belajar yang enak: rumah Danar, kostan Nizam, mall, ministop, dll.
Kira-kira dua minggu sebelum UN gua baru mulai fokus ke UN. Karena soal UN itu berkisi-kisi jadi gua pikir bisa nuntasin dengan waktu dua minggu. Gua mulai latihan soal-soal UN, ngertiin pola soal yang sering keluar dan tipe-tipe soal yang akan keluar. Gua dan yang lain jadi lebih anteng di Inten buat bahas-bahas soal. Kita juga beberapa kali ke kostannya Nizam buat belajar bareng. Sampe-sampe H-1 UN gua, Yudha, dan Wira ke kostan Nizam buat belajar kimia karena masih belum siap. Kalau gak salah sampai jam sebelas malam kita masih belajar soal prediksi kimia yang dijual bu Warnita. Sampai mabok. Akhirnya kita mutusin buat makan di ayam bakar Gantahari.
Masa-masa UN pun berlalu. Libur telah tiba! Ya, begitulah kata Inten.  Kalau gak salah kita libur dua minggu. Pertama libur gua bingung juga mau ngapain karena udah lama gak ngerasain doin nothin kayak gini. Gua nonton zenius untuk nyiapin buat intensif nanti. Gua akan ambil libur pada minggu terakhir. Kita mutusin buat ke dufan sebagai ‘libur terakhir sebelum menggila’. Sampai di sana Wira langsung ngajak wahana (yang gapernah gua inget apa aja namanya) extrem gitu. Gua yang belum pernah pun takut untuk pertama kalinya. Gua sama Danar cuma nonton doang. Setelah itu kita ke wahana lainnya, dari situ gua mulai ikut dan ternyata seru juga.
Pernah juga kita ke wahana yang sempet diremehin. Jadi kita kira itu wahana anak kecil cuma muter-muter. Tapi ternyata anjir muter-muternya naik turun terus nyetop gitu pas badan kita miring dan di bagian atasnya. Setelah itu kita ke wahana lain lagi sampai Nizam mual.  Kita makan dan shalat. Di akhir-akhir kita nonton pertunjukan tentang pencarian harta karun gitu. Awalnya sih gua kira ini buat anak kecil, tapi lama kelamaan kita enjoy juga karna emang acaranya keren. Setelah itu kita ke arung jeram.  ngantri nya lama banget. Sampai di sana kita langsung naik dan menurut gua worth it buat ditunggu. Badan kita langsung basah kuyup. Ya itulah liburan kita sebelum intensif. Balik dari dufan kita ke Alpus dulu buat makan malem. Jujur gua nikmatin banget hari itu. Seakan semua penat akhirnya hilang.
Jeng-jeng. Intensif month is coming. Pas intensif kelas Inten diubah. Gua yang dulunya sekelas sama anak Alpus 3 semua sekarang pindah ke kelas campuran biar lebih serius. Gua bareng Wira dan Derry masuk ke ITA KB-4. Satrio KB- 3, Yudha dan Nizam KB-8, Danar KB-9, Roykhan KB-12, dan mirza pindah ke IPS. Hari pertama baru pengarahan intensif. Gua udah excited banget. Dan, ya, itu lumayan berkesan. Setelah pengarahan, kita ke kostan Nizam buat diskusi soal besoknya (fisika). Somehow saat intensif ilmu kita jadi tinggi, kita bisa ngerjain soal yang dulu ga ngerti mau diapain (mungkin karena tekanan untuk bisa saat intensif atau emang hasil selama ini terbayarkan).
Hari berikutnya kita udah langsung belajar dengan jadwal masing-masing. Gua dan yang lain udah mulai berburu tambahan. Minggu pertama lumayan capek juga karena setelah libur kita langsung ke Inten tiap hari dari pagi (yang ambil kelas pagi). Yang di kelas siang kayak Danar dan Roykhan, mereka jadi sering MU/make up—istilah Inten untuk ikut kelas lain karna gak datang pas jadwal di kelasnya—di kelas gua biar siangnya bisa ambil tambahan juga. Yang pasti setiap selesai kelas reguler gua, Wira, dan Derry langsung buru-buru ikut tambahan sebelum penuh. Semenjak intensif, Derry jadi sering ikut kita buat belajar bareng.  Saat intensif, tryout diadain setiap hari jumat.  Gak kerasa banget tiba-tiba udah tryout aja padahal baru tiga hari belajar di Inten. Pertama tryout  gua inget banget satu kelas isinya anak Alpus 3 semua  dan itu rusuh banget.  Gua udah target  untuk tryout pertama intensif ini harus nyampe target. Untuk FTI 60%an. Tapi masih belum juga (47%).
Pagi itu kita kumpul di Inten lalu nebeng Roykhan ke sekolah untuk ngambil hasil nilai UN. Kita datang ke ruang guru. Waktu itu bu Hikmah gak ada jadi kita lihat hasil UN nya sama bu Warnita. Awalnya gua punya ekspektasi tinggi tetapi realitanya gua dapet nilai yang sangat mengecewakan. Terendah 55an (biologi) dan tertinggi 92an (kimia). Padahal hari itu adalah hari pengumuman SNMPTN. Dengan kabar kalau nilai UN jadi aspek lolosnya siswa lewat jalur tersebut, gua jadi down. Ya, gua speechless juga karna nilai gua hitungannya standar di Alpus 3. Lalu kita balik ke Inten. Gua inget banget sore-sore gitu pengumuman SNM udah dibuka. Ada yang berani buka dan ada juga yang takut untuk buka (gua).
Saat itu Inten udah heboh banget. Bener-bener heboh. Waktu itu anak Alpus 3 yang Inten belum ada yang lolos. Terdengar suara tangisan entah senang atau sedih, hal itu membuat kita segera membuka hasil kita. Saat itu Silvi ngecek dan, ya, dia keterima. Congrats! Geologi UI. Gua bangga dan cuma bisa ngucapin selamat. Waktu itu rame banget. Silvi langsung buru-buru nyari pak OR buat ngasih tau kalau dia lolos. Itu juga mungkin karna dia sering dikatain Wira. Ga deng, itu karna dia udah sungguh-sungguh di Inten dan ibadahnya kuat. Setelah sore-an lagi gua ngecek hasil gua, you all know what is the result. Walaupun selama ini gua ga bergantung sama SNM tapi saat ditolak rasanya emang sakit banget. Gua dan yang lain langsung tambahan fisika sebagai pembalasan. Dan saat tambahan fisika somehow Tya ngecek dan lolos juga. FK Unair bro! Yang ini jujur gua gak nyangka banget. Momen seperti itu emang mengharukan banget. Sedih dan senang bersatu. Saat kita bisa ngelihat/ngerasain kebahagiaan orang lain saat keterima di PTN impiannya.
Besok-besoknya di Inten masih kerasa suasana SNM nya. Saat itu KB-4 masih sepi  dan malas termasuk gua. Kita ngeyakinin diri sendiri kalau jalur SBM lebih kerasa perjuangannya. Hingga saat itu pengumuman PPKB pun tiba. Kalau gak salah cowok yang daftar cuma Danar dan Derry. Gua yakin mereka pasti berharap banget. Saat itu Danar ngecek belum lolos dan Derry lolos. Gila! Speechless banget gua. Memang banyak banget adanya ‘keajaiban’. Gua inget banget waktu itu sebelum buka kita shalat dhuha dulu terus ke gedung smp. Gua dan Wira nemenin Derry buat ngecek hasil PPKB. Derry terus ngomong kalau dia gak bakal keterima karna esai nya aja gak dikumpulin. Terus ba Donna bilang pasti bisa. Dia pun ngecek dan keterima! Temen cowok pertama kita yang lolos! Ya, walaupun dia juga lolos karna pindah ke SMAN 70. Teknik Elektro UI. “Coba dulu Der”, saat dulu kita (paling sering gua) bilang ke Derry saat kita ngerjain soal dan Derry ngeliatin kerjaan kita. Jujur gua sedih juga rasanya ditinggal gitu. Apalagi Wira temen deketnya. Mungkin dua kata itu adalah bangga dan sedih.  
Di masa intensif ini merupakan bagian tercapek dan berkenang. Kita dateng pagi (biasanya rada telat sih) terus istirahat (20 menit kurang kalau ga salah) kita buru-buru makan bubur (everyday) ikut lagi kelas kedua. Setelah selesai kita cek jadwal tambahan terus taro tas, lalu makan di gule/padang/ga makan. Ambil tambahan sesi satu, dua, dan tiga atau kita diskusi soal besoknya bareng temen sekelas atau ke kostan Nizam. Kita juga sering di Inten selama 12 jam. Itu rutinitas kita.  Tapi bagi gua intensif bukan cuma capek dan mabok doang. Di situ saat kita makin deket dari pagi sampai malem. Dari fenomena baju habis pada minggu kedua. Awalnya nanya dulu makai baju apa hingga ngaku kalau baju habis. Ya itu hal yang wajar bagi gua karena kita udah satu bulan lebih ke Inten terus (senin s.d. sabtu). Ada yang make kaos hitam (diulang berkali-kali). Saat jam-jam terahir kita ke gedung smp buat santai di ruang 15 buat belajar bareng atau lepas penat. Akhirnya kalau udah dateng kita mesen mie goreng pake telor setengah mateng. Nyum.
Walaupun SBM sebentar lagi, kita tetap ikut ke acara promnight. Tepatnya tanggal 23 Mei hari senin. Setelah Inten kita siap-siap. Waktu itu gua nebeng Yudha ke apartement Wira. Sekitar jam tiga  kita nunggu Wira karena dia masih di rumah Derry buat ngambil jas. Akhirnya Wira datang lalu kita ke kamarnya. Nyampe sana kita mandi dan ganti baju. Sekitar jam lima kita pergi ke hotel Fairmont di Senayan. Sampai di sana kita registrasi gitu make macbook, yang lucunya karena kita biasa make laptop jenis lain, saat kita scroll gitu pada bingung. Gua langsung nyari teman gua. Ada yang ke Alpus dulu atau langsung dari Inten. Gua kangen juga akhirnya ketemu teman yang gak Inten  setelah lama gak ketemu. Kita ngobrol dan makan gitu.
Setelah beberapa saat kita masuk ke ruangan gitu,  di sana udah ada meja bundar buat kita. Kita berdelapan (Nizam gak prom) duduk bareng. Danar udah rencana untuk ikut prom tapi dia bawa soal gitu buat belajar, entah. Di awal-awal MC bawa acaranya, dari minta anak Alpus 3 yang kocak untuk stand up comedy dan yang mirip sama tokoh tertentu untuk maju dan dance. Terus ada voting-voting gitu dan banci yang joget di pangkuan beberapa orang. Kita ketawa bareng (walaupun menurut kita ada beberapa yang garing).  Suasananya meriah banget. Setelah itu pas lagi pertunjukan band gitu kita keluar buat ambil makanan lagi (sedih juga sih ga ditonton).
Hingga akhirnya sesi terakhir. Kita kumpul duduk di depan lalu nonton video tentang masa-masa SMA. Lalu kita berdiri dan baris gitu terus beberapa dari kita maju buat ngeluarin isi hatinya (mostly minta maaf tentang masalah pas SMA gitu).  Saat itu kita udah ngenang kalau ini akan berakhir. Kita tutup mata dan pegang tangan teman di kanan dan kiri kita (gua inget banget waktu itu di kanan gua Wira dan di kiri gua Madani). MC ngomong-ngomong gitu yang bikin baper. Waktu meram pikiran gua langsung flashback gitu dari kelas sepuluh sampai kita Inten. Saat itu gua sedih banget karena gua nyadar kalau emang ini akan berakhir, kita. Gua juga takut banget saat itu karna tinggal delapan hari lagi SBM.
Kita pun buka mata. Kedengeran banget suara tangisan haru dimana-mana. Saat itu gua udah gak mau sok jaim lagi. Karena benar kata MC-nya, keluarkan semua sebelum terlambat. Gua gak tau waktu itu suara gua kedengeran atau gak karena tangisan gua. Gua pingin bilang makasih udah nemenin gua selama ini, kita berjuang bareng, dan gua harap  kita bisa sukses bareng. Gua pingin peluk gitu tapi somehow failed. Saat itu yang kedengeran banget Wira juga nangis, hampir semua nangis. Gua udah gak ngeliat sekitar lagi. Kita cuma diem.  Dan endingnya kita dikasih jus gitu buat minum, pengumuman prom king and queen. And guess what, Wira jadi prom king. Lalu kita  kumpul di atas panggung buat foto angkatan. Setelah itu kita keluar ruangan buat foto-foto, beberapa dari kita ke mcd buat makan lalu pulang.
Besoknya kita tetap Inten dari jam tujuh pagi. Gak kerasa setelah setahun ini akhirnya SBM tinggal satu minggu lagi. Di minggu-minggu terakhir kita lebih mempersiapkan mental dan hal-hal non teknis. Mulai diskusiin strategi ngerjain. Disaat ada yang mulai down karna belum siap dan niat daftar NF buat ngulang tahun depan. H-3 kita ke Inten buat doa bersama. Kita dikasih pencerahan mental gitu biar siap SBM. “We may lose this battle, but we will win this war”, Remeo said. H-1 kita ke sekolah buat minta maaf dan doa. Lalu kita survey ke lokasi masing-masing. Gua dapat di SMPN 8 menteng. Setelah pulang gua cuma baca binder sekilas terus gua ngechat buat nenangin pikiran.

Today is the day. Tanggal 31 Mei hari selasa. Saat sesi santek gua lihat soalnya dan gua syok. Soalnya susah banget. Saat sesi TKPA pun gua juga syok, TPA nya berubah. Setelah SBM gua down dan cuma bisa pasrah. Gua udah gak yakin dengan pilihan gua. Saat gua tanya yang lain soalnya emang susah banget. Gua denger-denger soalnya emang dibuat semakin susah (bahkan soal matdas ada yang soal olimpiade internasonal). Sampai rumah gua cuma diem dan tidur karena capek dan pusing banget. Finally, SBMPTN is over now!
Besoknya kita langsung ke Inten lagi buat persiapan Simak. Untuk Simak gua udah gak banyak belajar. Persiapan gua totalitas ke mental dan istirahat. H-1 pun gua cuma main HP buat nenangin pikiran. Tanggal 5 juni hari minggu gua Simak di SMAN 3 Jakarta. saat Simak gua ujian bareng Danar, Fai, Farhan, Rafi FR, Doyo, dan Keisha. Soalnya gua kerjain dengan lancar (Alhamdulillah) setidaknya gak sedikit SBM. Akhirnya gua sadar kalau yang bisa gak cuma gua, kabarnya soal Simak tahun ini hitungannya lebih mudah daripada soal SBMPTN. Gua udah mulai pasrah dan tawakal. Gua dan Danar mutusin buat nonton x-men bareng di PIM. Saat itu kita nonton berempat dengan Yudha dan Wira.
Thank god its over now, i hope. Sehari setelah Simak kita langsung puasa ramadhan. Gua udah gak nyentuh buku lagi setelah itu. Inten libur seminggu. Setelah seminggu gak ketemu, kita adain bukber di Abunawas, Menteng. Paginya gua Inten dulu buat persiapan mandiri lainnya tapi saat gua di Inten, di sana sepi banget dan udah gak kondusif buat belajar. Gua, Danar, dan Nizam cabut ke rumah Derry. Di sana kita main sambil nunggu yang lain. Sekitar jam setengah lima kita otw ke Abunawas. Waktu itu Wira udah pesan duluan buat buka nanti.  
Sampai di sana kita duduk lesehan gitu, tempatnya ada di lantai dua. Kita nyantai sambil nunggu adzan. Akhirnya buka. Kita langsung makan dan nambah sampe kenyang banget. Makanannya enak tapi banyak banget sampai kita susah payah habisinnya. Sampai selesai pun makannanya gak habis. Setelah bukber kita nobar di Lippo mall. Waktu itu kita nonton Conjuring 2 (Derry nonton NYSM 2 karena udah nonton Conjuring 2 sebelumnya). Film nya biasa aja. Gak deng, horror banget anjir. Saat itu Satrio ada di kiri gua dan teriaknya heboh juga. Gua juga heboh. Setelah itu sekitar jam 12 malam kita balik dan pulang.
Semenjak itu kita udah gak ketemu lagi selama seminggu. Gua cuma makan, main, nonton, dan tidur di rumah dengan siklus puasa (bangun siang tidur malam). Saat itu gua mulai merenung tentang pengumuman SBM dan kita. Gua pernah ngerasain ini saat SMP, pasti kita semua juga. Dari dulu gua berharap punya teman kayak di film 5cm, gua selalu mikir kalau gua bakal dapat itu saat kuliah nanti. Tapi entah kenapa gua jadi baper dan sedih aja kita bakal pisah. Apalagi saat kita ngomong kalau emang masa ini bakal berakhir. Saat itu gua mulai buat cerita tentang kita.  Saat Inten masuk lagi pun kita udah jarang ketemu, hanya beberapa dari kita yang masih Inten. Bahkan saat bukber angkatan gua juga ikut niatnya buat kumpul bareng tapi pada gak ikut.
Gua yakin di SMA kalian punya banyak teman selain kita, gua juga. Tapi bagi gua kalian adalah alasan utama gua setuju kalau SMA itu masa yang indah. Awalnya gua malu dan susah untuk ngeluarin pikiran gua tapi sekarang gua keluarin, karena gua menyesal saat SMP gua gak kasih tau teman SMP gua yang udah deket banget tapi sekarang udah ngilang dan menjauh. Mungkin gua lebay, bodo amat. Gua masih nyari alasan kenapa kita bisa temenan, kenapa kalian mau sampe sekarang, udah mau nerima aib dan kekurangan gua. Yang pasti saat kuliah dan kedepannya gua tetap ingat cerita ini. Kita akan pisah, itu pasti. Kita bakal kuliah di tempat yang berbeda, atau jadi alumni buat ngulang lagi tahun depan. Atau mungkin satu PTN, tapi atmosfirnya akan berbeda. Gua harap kalian gak akan lupain masa-masa ini dan sekali lagi makasih atas semuanya.

Hingga akhirnya pengumuman SBMPTN dan Simak muncul. these are the story:


0 komentar:

Post a Comment