Cerita ini bermula saat kelas sebelas akhir. Walaupun kita
masih skeptis terhadap masa depan. Beberapa dari kita sudah ada yang mulai
memikirkan apa yang akan kita lakukan kedepannya. Sejak kelas sepuluh gua
berharap lolos PTN melalui jalur undangan (SNMPTN). Saat pengumuman SNM kakak
kelas dan teman gua yang aksel gak keterima, gua mulai sadar betul kalau Alpus 3
sangat susah untuk lolos melalui jalur SNM. Saat itu gua mulai mencari info
tentang PTN terbaik dan jalur masuknya. Gua belum memiliki tujuan pasti tentang
PTN apa yang jadi impian gua. Setelah melalui berbagai pencarian akhirnya gua
bertekad untuk kuliah di ITB. Ya, kampus impian yang telah melahirkan para
pemimpin bangsa. Itulah alasan pertama kenapa gua ingin kuliah di kampus gajah
tersebut.
Kini kita sudah naik ke kelas dua belas. Tahun terakhir SMA
yang bisa kita manfaatkan dengan berbagai kepentingan dan tujuan. Hal yang menjadi pikiran utama yaitu kita
akan pilih bimbel dimana? Saat itu gua udah mengetahui kalau bimbel yang cocok
untuk gua adalah Inten. Gua mulai ngenalin bimbel Inten ke teman biar bisa
belajar bareng di sana. Pada akhirnya banyak yang tertarik dan daftar di sana.
Setelah banyak dari kita yang ikut bimbel di Inten, sudah mulai kerasa kalau di sekolah terbagi
menjadi berbagai basis bimbel. Anak-anak Inten pun mulai ngerjain soal-soal Inten,
dengan konteks kita adalah para penentang sekolah. Jadi kita lebih mementingkan
Inten daripada sekolah, karena Inten mengutamakan SBMPTN sedangkan sekolah
hanya ulangan biasa dan UN.
Awalnya kita diskusi soal tryout Inten di sekolah dan ngobrol tentang keinginan kita untuk
masuk PTN. Hingga akhirnya kita mutusin buat bikin kelompok belajar. Pertama
kali kita baru enam orang, yaitu: gua, Wira, Yudha, Nizam, Mirza, dan Roykhan.
Saat itu masih pada jaim tentang visi kita. Gua buat group di line yang namanya
‘The Intens’ tapi diganti jadi ‘Mahasiswa PTN ALPUS 3’ mungkin karna namanya
agak alay. kita lebih sering ngerjain soal Inten daripada fokus ke materi
sekolah bahkan saat pak Udin nyuruh kita buat buka buku paket, Nizam malah buka
buku fisika Inten. Gua yang awalnya merasa risih lama kelamaan juga setuju dan
mulai bergantung dengan mereka.
Setelah beberapa waktu kita invite beberapa orang agar bisa saling bantu dan support. Mereka adalah Danar dan Satrio.
Kita lagi semangat membuat rencana belajar bareng dan pilih schedule dan basecamp. Ya, gua inget banget waktu itu kita diskusi sangat heboh
sampai-sampai yang bukan Inten pun dengar. Bahkan Wira yang beda kelas sering
ke kelas gua untuk diskusi dan main bareng. Justru kehebohan itu awalnya yang
buat gua punya harapan kalau Alpus 3 bisa. Hingga akhirnya kita sudah dapat schedule dan basecamp. Walaupun saat itu hanya wacana semata, yang penting itu
jadi permulaan untuk kita.
Waktu demi waktu berlalu. Gua mulai jadi sosok ambis yang
gak pernah terpikirkan sebelumnya. Awalnya gua malu untuk menunjukan itu. Lama-kelamaan
gua mulai nunjukin bahkan ngajak mereka karena kita satu visi. Salah satu dari
mereka pernah bilang ‘udah jangan malu untuk ambis’. Kita jadi sering ngobrol bareng tentang pelajaran, tryout,
masalah, dan keluhan tentang hal-hal lainnya. Bahkan gua jadi lebih kenal
tentang keinginan dan keharusan mereka untuk mendapatkan kursi di PTN. Kebayangkan kursi aja kita belain mati-matian, gimana elo.
Kita ber-delapan pun akhirnya mulai belajar bareng yang sebenarnya, tanpa
wacana. Kalau gak salah pertama kali di rumah Danar, sebagai permulaan kita
latihan TPA seperti quiz lalu buat ranking. Begitu pun sampai pertemuan
kedua dan ketiga hanya terpaku terhadap TPA saja. Pernah juga kita belajar
bareng di rumah Lola karena deket banget sama Inten. Waktu itu kita latihan B.Indonesia.
Kita pernah juga kunjungan kampus ke UI. Gua masih ingat
saat itu. kita cukup antusias, walaupun sebenarnya impian gua bukan di UI. Kita
pergi naik bus travel. Sampai di sana anak IPA dan IPS kebagi dua. Yang IPA
pergi ke bagian Perpusat. Perpus nya emang gede banget, udah kayak mall. Hingga
beberapa saat kita masuk ke dalam Perpusnya. Banyak banget koleksi bukunya.
Momen berkesan gua saat itu adalah disaat yang lain mungkin cuma masuk lalu
keluar, gua dan wira malah nyari buku kuliah seperti kalkulus, fisika dasar,
dan kimia dasar. Walaupun waktunya cuma sebentar, tapi gua excited bisa kunjung ke Perpusat. Setelah dari Perpusat kita ke
aula gitu (gua lupa namanya) buat seminar. Di sana kita dijelasin mengenai UI,
Fakultas dan jurusan, cara masuk, dan biaya nya. Basically info yang dikasih sekadar info umum. Tapi rasanya emang
beda aja karna kita kunjungan ke UI. Setelah seminar kita kembali ke dekat bis
lalu makan siang, shalat, dan kunjungan lagi ke Politeknik UI. Saat di Politeknik
UI gua udah gak fokus lagi dan saat itu ada kabar mengenai tragedi Bom Sarinah.
Semester lima pun berlalu. kita semakin serius untuk
mempersiapkan SBMPTN. Disaat sekolah sudah kehabisan materi dan mulai
mempersiapkan UN. Pada semester enam di sekolah hanya review materi dan soal latihan UN. Sekolah pun membuat berbagai
kegiatan seperti tapaz (tryout UN tiap jumat) dan IMU (Indahnya Menghadapi UN)
tapi dinganggap tidak penting dan serius. Bahkan banyak watu tapaz lomba
cepat-cepatan ngerjain, gua juga cepat
ngerjain bahkan pernah ga baca soalnya. IMU pun juga sama bahkan lebih parah.
kita bolos mulu, itu juga karena waktunya bentrok sama Inten. Soalnya IMU
diadain setiap senin, selasa, dan kamis tiap pulang sekolah. Di semester
terakhir ini juga banyak dari kita yang bolos bahkan cabut sekolah karna memang
di sekolah udah ga kondusif belajar, sering juga kelas kosong (ya kalau dulu
sih seneng. Tapi sekarang mendingan buat inten). Gua juga sering bolos sekolah
untuk belajar zenius.
Dulu pas awal istirahat Inten, kita sering ke ministop buat
jajan dan nongkrong nunggu kelas kedua. Tapi sekarang kita lebih nyempetin
untuk ke ministop selain di jam istirahat. Paling sering pas weekend. Kita mulai bahas-bahas soal
buku SBMPTN, tryout, dll. Yang pasti
sih setiap ke ministop duit terkuras karena pasti yang dibeli kalau gak ice cream, onigiri, atau kentang. Di Inten
kita juga gak sepenuhnya belajar. Dulu sebelum kelas kita makan dulu di soto
depan Inten. Gule nya enak banget menurut gua (tapi karena keseringan gua
sampai bosan), ada juga padang tapi kalau kesorean udah tutup. Kita juga sering
nyari-nyari tempat belajar yang enak: rumah Danar, kostan Nizam, mall,
ministop, dll.
Kira-kira dua minggu sebelum UN gua baru mulai fokus ke UN.
Karena soal UN itu berkisi-kisi jadi gua pikir bisa nuntasin dengan waktu dua
minggu. Gua mulai latihan soal-soal UN, ngertiin pola soal yang sering keluar
dan tipe-tipe soal yang akan keluar. Gua dan yang lain jadi lebih anteng di Inten
buat bahas-bahas soal. Kita juga beberapa kali ke kostannya Nizam buat belajar
bareng. Sampe-sampe H-1 UN gua, Yudha, dan Wira ke kostan Nizam buat belajar
kimia karena masih belum siap. Kalau gak salah sampai jam sebelas malam kita
masih belajar soal prediksi kimia yang dijual bu Warnita. Sampai mabok.
Akhirnya kita mutusin buat makan di ayam bakar Gantahari.
Masa-masa UN pun berlalu. Libur telah tiba! Ya, begitulah
kata Inten. Kalau gak salah kita libur
dua minggu. Pertama libur gua bingung juga mau ngapain karena udah lama gak
ngerasain doin nothin kayak gini. Gua
nonton zenius untuk nyiapin buat intensif nanti. Gua akan ambil libur pada
minggu terakhir. Kita mutusin buat ke dufan sebagai ‘libur terakhir sebelum
menggila’. Sampai di sana Wira langsung ngajak wahana (yang gapernah gua inget
apa aja namanya) extrem gitu. Gua yang belum pernah pun takut untuk pertama
kalinya. Gua sama Danar cuma nonton doang. Setelah itu kita ke wahana lainnya,
dari situ gua mulai ikut dan ternyata seru juga.
Pernah juga kita ke wahana yang sempet diremehin. Jadi kita
kira itu wahana anak kecil cuma muter-muter. Tapi ternyata anjir muter-muternya
naik turun terus nyetop gitu pas badan kita miring dan di bagian atasnya.
Setelah itu kita ke wahana lain lagi sampai Nizam mual. Kita makan dan shalat. Di akhir-akhir kita
nonton pertunjukan tentang pencarian harta karun gitu. Awalnya sih gua kira ini
buat anak kecil, tapi lama kelamaan kita enjoy juga karna emang acaranya keren.
Setelah itu kita ke arung jeram. ngantri
nya lama banget. Sampai di sana kita langsung naik dan menurut gua worth it buat ditunggu. Badan kita
langsung basah kuyup. Ya itulah liburan kita sebelum intensif. Balik dari dufan
kita ke Alpus dulu buat makan malem. Jujur gua nikmatin banget hari itu. Seakan
semua penat akhirnya hilang.
Jeng-jeng. Intensif month
is coming. Pas intensif kelas Inten diubah. Gua yang dulunya sekelas sama
anak Alpus 3 semua sekarang pindah ke kelas campuran biar lebih serius. Gua
bareng Wira dan Derry masuk ke ITA KB-4. Satrio KB- 3, Yudha dan Nizam KB-8,
Danar KB-9, Roykhan KB-12, dan mirza pindah ke IPS. Hari pertama baru pengarahan
intensif. Gua udah excited banget.
Dan, ya, itu lumayan berkesan. Setelah pengarahan, kita ke kostan Nizam buat
diskusi soal besoknya (fisika). Somehow
saat intensif ilmu kita jadi tinggi, kita bisa ngerjain soal yang dulu ga
ngerti mau diapain (mungkin karena tekanan untuk bisa saat intensif atau emang
hasil selama ini terbayarkan).
Hari berikutnya kita udah langsung belajar dengan jadwal
masing-masing. Gua dan yang lain udah mulai berburu tambahan. Minggu pertama
lumayan capek juga karena setelah libur kita langsung ke Inten tiap hari dari
pagi (yang ambil kelas pagi). Yang di kelas siang kayak Danar dan Roykhan,
mereka jadi sering MU/make up—istilah
Inten untuk ikut kelas lain karna gak datang pas jadwal di kelasnya—di kelas
gua biar siangnya bisa ambil tambahan juga. Yang pasti setiap selesai kelas
reguler gua, Wira, dan Derry langsung buru-buru ikut tambahan sebelum penuh.
Semenjak intensif, Derry jadi sering ikut kita buat belajar bareng. Saat intensif, tryout diadain setiap hari jumat.
Gak kerasa banget tiba-tiba udah tryout aja padahal baru tiga hari
belajar di Inten. Pertama tryout gua inget banget satu kelas isinya anak Alpus 3
semua dan itu rusuh banget. Gua udah target untuk tryout pertama intensif ini harus nyampe
target. Untuk FTI 60%an. Tapi masih belum juga (47%).
Pagi itu kita kumpul di Inten lalu nebeng Roykhan ke
sekolah untuk ngambil hasil nilai UN. Kita datang ke ruang guru. Waktu itu bu
Hikmah gak ada jadi kita lihat hasil UN nya sama bu Warnita. Awalnya gua punya
ekspektasi tinggi tetapi realitanya gua dapet nilai yang sangat mengecewakan.
Terendah 55an (biologi) dan tertinggi 92an (kimia). Padahal hari itu adalah
hari pengumuman SNMPTN. Dengan kabar kalau nilai UN jadi aspek lolosnya siswa
lewat jalur tersebut, gua jadi down.
Ya, gua speechless juga karna nilai
gua hitungannya standar di Alpus 3. Lalu kita balik ke Inten. Gua inget banget
sore-sore gitu pengumuman SNM udah dibuka. Ada yang berani buka dan ada juga
yang takut untuk buka (gua).
Saat itu Inten udah heboh banget. Bener-bener heboh. Waktu
itu anak Alpus 3 yang Inten belum ada yang lolos. Terdengar suara tangisan
entah senang atau sedih, hal itu membuat kita segera membuka hasil kita. Saat
itu Silvi ngecek dan, ya, dia keterima. Congrats! Geologi UI. Gua bangga dan cuma
bisa ngucapin selamat. Waktu itu rame banget. Silvi langsung buru-buru nyari
pak OR buat ngasih tau kalau dia lolos. Itu juga
mungkin karna dia sering dikatain Wira. Ga deng, itu karna dia udah
sungguh-sungguh di Inten dan ibadahnya kuat. Setelah sore-an lagi gua ngecek
hasil gua, you all know what is the
result. Walaupun selama ini gua ga bergantung sama SNM tapi saat ditolak
rasanya emang sakit banget. Gua dan yang lain langsung tambahan fisika sebagai pembalasan. Dan saat tambahan fisika somehow Tya ngecek dan lolos juga. FK
Unair bro! Yang ini jujur gua gak nyangka banget. Momen seperti itu emang
mengharukan banget. Sedih dan senang bersatu. Saat kita bisa ngelihat/ngerasain
kebahagiaan orang lain saat keterima di PTN impiannya.
Besok-besoknya di Inten masih kerasa suasana SNM nya. Saat
itu KB-4 masih sepi dan malas termasuk
gua. Kita ngeyakinin diri sendiri kalau jalur SBM lebih kerasa perjuangannya.
Hingga saat itu pengumuman PPKB pun tiba. Kalau gak salah cowok yang daftar
cuma Danar dan Derry. Gua yakin mereka pasti berharap banget. Saat itu Danar
ngecek belum lolos dan Derry lolos. Gila! Speechless
banget gua. Memang banyak banget adanya ‘keajaiban’. Gua inget banget waktu itu
sebelum buka kita shalat dhuha dulu terus ke gedung smp. Gua dan Wira nemenin
Derry buat ngecek hasil PPKB. Derry terus ngomong kalau dia gak bakal keterima
karna esai nya aja gak dikumpulin. Terus ba Donna bilang pasti bisa. Dia pun
ngecek dan keterima! Temen cowok pertama kita yang lolos! Ya, walaupun dia juga
lolos karna pindah ke SMAN 70. Teknik Elektro UI. “Coba dulu Der”, saat dulu kita
(paling sering gua) bilang ke Derry saat kita ngerjain soal dan Derry ngeliatin
kerjaan kita. Jujur gua sedih juga rasanya ditinggal gitu. Apalagi Wira temen
deketnya. Mungkin dua kata itu adalah bangga dan sedih.
Di masa intensif ini merupakan bagian
tercapek dan berkenang. Kita dateng pagi (biasanya rada telat sih) terus
istirahat (20 menit kurang kalau ga salah) kita buru-buru makan bubur (everyday) ikut lagi kelas kedua. Setelah
selesai kita cek jadwal tambahan terus taro tas, lalu makan di gule/padang/ga
makan. Ambil tambahan sesi satu, dua, dan tiga atau kita diskusi soal besoknya bareng
temen sekelas atau ke kostan Nizam. Kita juga sering di Inten selama 12 jam.
Itu rutinitas kita. Tapi bagi gua
intensif bukan cuma capek dan mabok doang. Di situ saat kita makin deket dari
pagi sampai malem. Dari fenomena baju habis pada minggu kedua. Awalnya nanya
dulu makai baju apa hingga ngaku kalau baju habis. Ya itu hal yang wajar bagi
gua karena kita udah satu bulan lebih ke Inten terus (senin s.d. sabtu). Ada
yang make kaos hitam (diulang berkali-kali). Saat jam-jam terahir kita ke
gedung smp buat santai di ruang 15 buat belajar bareng atau lepas penat.
Akhirnya kalau udah dateng kita mesen mie goreng pake telor setengah mateng.
Nyum.
Walaupun SBM sebentar lagi, kita tetap ikut
ke acara promnight. Tepatnya tanggal
23 Mei hari senin. Setelah Inten kita siap-siap. Waktu itu gua nebeng Yudha ke
apartement Wira. Sekitar jam tiga kita
nunggu Wira karena dia masih di rumah Derry buat ngambil jas. Akhirnya Wira
datang lalu kita ke kamarnya. Nyampe sana kita mandi dan ganti baju. Sekitar
jam lima kita pergi ke hotel Fairmont di Senayan. Sampai di sana kita
registrasi gitu make macbook, yang lucunya karena kita biasa make laptop jenis lain, saat
kita scroll gitu pada bingung.
Gua langsung nyari teman gua. Ada yang ke Alpus dulu atau langsung dari Inten.
Gua kangen juga akhirnya ketemu teman yang gak Inten setelah lama gak ketemu. Kita ngobrol dan
makan gitu.
Setelah beberapa saat kita masuk ke ruangan
gitu, di sana udah ada meja bundar buat
kita. Kita berdelapan (Nizam gak prom) duduk bareng. Danar udah rencana untuk
ikut prom tapi dia bawa soal gitu buat belajar, entah. Di awal-awal MC bawa
acaranya, dari minta anak Alpus 3 yang kocak untuk stand up comedy dan yang mirip sama tokoh tertentu untuk maju dan dance. Terus ada voting-voting gitu dan
banci yang joget di pangkuan beberapa orang. Kita ketawa bareng (walaupun
menurut kita ada beberapa yang garing). Suasananya
meriah banget. Setelah itu pas lagi pertunjukan band gitu kita keluar buat
ambil makanan lagi (sedih juga sih ga ditonton).
Hingga akhirnya sesi terakhir. Kita kumpul duduk di depan
lalu nonton video tentang masa-masa SMA. Lalu kita berdiri dan baris gitu terus
beberapa dari kita maju buat ngeluarin isi hatinya (mostly minta maaf tentang masalah pas SMA gitu). Saat itu kita udah ngenang kalau ini akan berakhir. Kita tutup mata dan pegang
tangan teman di kanan dan kiri kita (gua inget banget waktu itu di kanan gua
Wira dan di kiri gua Madani). MC ngomong-ngomong gitu yang bikin baper. Waktu
meram pikiran gua langsung flashback
gitu dari kelas sepuluh sampai kita Inten. Saat itu gua sedih banget karena gua
nyadar kalau emang ini akan berakhir, kita. Gua juga takut banget saat itu
karna tinggal delapan hari lagi SBM.
Kita pun buka mata. Kedengeran banget suara tangisan haru
dimana-mana. Saat itu gua udah gak mau sok jaim lagi. Karena benar kata MC-nya,
keluarkan semua sebelum terlambat. Gua gak tau waktu itu suara gua kedengeran
atau gak karena tangisan gua. Gua pingin bilang makasih udah nemenin gua selama
ini, kita berjuang bareng, dan gua harap
kita bisa sukses bareng. Gua pingin peluk gitu tapi somehow failed. Saat itu yang kedengeran banget Wira juga nangis,
hampir semua nangis. Gua udah gak ngeliat sekitar lagi. Kita cuma diem. Dan endingnya
kita dikasih jus gitu buat minum, pengumuman prom king and queen. And guess what, Wira jadi prom king. Lalu kita kumpul di atas panggung buat foto angkatan. Setelah
itu kita keluar ruangan buat foto-foto, beberapa dari kita ke mcd buat makan
lalu pulang.
Besoknya kita tetap Inten dari jam tujuh pagi. Gak kerasa
setelah setahun ini akhirnya SBM tinggal satu minggu lagi. Di minggu-minggu
terakhir kita lebih mempersiapkan mental dan hal-hal non teknis. Mulai
diskusiin strategi ngerjain. Disaat ada yang mulai down karna belum siap dan niat daftar NF buat ngulang tahun depan.
H-3 kita ke Inten buat doa bersama. Kita dikasih pencerahan mental gitu biar
siap SBM. “We may lose this battle, but
we will win this war”, Remeo said.
H-1 kita ke sekolah buat minta maaf dan doa. Lalu kita survey ke lokasi
masing-masing. Gua dapat di SMPN 8 menteng. Setelah pulang gua cuma baca binder
sekilas terus gua ngechat buat nenangin pikiran.
Today is the day. Tanggal
31 Mei hari selasa. Saat sesi santek gua lihat soalnya dan gua syok. Soalnya
susah banget. Saat sesi TKPA pun gua juga syok, TPA nya berubah. Setelah SBM
gua down dan cuma bisa pasrah. Gua
udah gak yakin dengan pilihan gua. Saat gua tanya yang lain soalnya emang susah
banget. Gua denger-denger soalnya emang dibuat semakin susah (bahkan soal
matdas ada yang soal olimpiade internasonal). Sampai rumah gua cuma diem dan
tidur karena capek dan pusing banget. Finally,
SBMPTN is over now!
Besoknya kita langsung ke Inten lagi buat persiapan Simak.
Untuk Simak gua udah gak banyak belajar. Persiapan gua totalitas ke mental dan
istirahat. H-1 pun gua cuma main HP buat nenangin pikiran. Tanggal 5 juni hari
minggu gua Simak di SMAN 3 Jakarta. saat Simak gua ujian bareng Danar, Fai,
Farhan, Rafi FR, Doyo, dan Keisha. Soalnya gua kerjain dengan lancar
(Alhamdulillah) setidaknya gak sedikit SBM. Akhirnya gua sadar kalau yang bisa
gak cuma gua, kabarnya soal Simak tahun ini hitungannya lebih mudah daripada
soal SBMPTN. Gua udah mulai pasrah dan tawakal. Gua dan Danar mutusin buat
nonton x-men bareng di PIM. Saat itu kita nonton berempat dengan Yudha dan
Wira.
Thank god its over
now, i hope. Sehari setelah Simak kita langsung puasa ramadhan. Gua udah
gak nyentuh buku lagi setelah itu. Inten libur seminggu. Setelah seminggu gak
ketemu, kita adain bukber di Abunawas, Menteng. Paginya gua Inten dulu buat
persiapan mandiri lainnya tapi saat gua di Inten, di sana sepi banget dan udah
gak kondusif buat belajar. Gua, Danar, dan Nizam cabut ke rumah Derry. Di sana
kita main sambil nunggu yang lain. Sekitar jam setengah lima kita otw ke Abunawas. Waktu itu Wira udah
pesan duluan buat buka nanti.
Sampai di sana kita duduk lesehan gitu, tempatnya ada di
lantai dua. Kita nyantai sambil nunggu adzan. Akhirnya buka. Kita langsung
makan dan nambah sampe kenyang banget. Makanannya enak tapi banyak banget
sampai kita susah payah habisinnya. Sampai selesai pun makannanya gak habis.
Setelah bukber kita nobar di Lippo mall. Waktu itu kita nonton Conjuring 2
(Derry nonton NYSM 2 karena udah nonton Conjuring 2 sebelumnya). Film nya biasa aja. Gak deng, horror banget anjir.
Saat itu Satrio ada di kiri gua dan teriaknya heboh juga. Gua juga heboh.
Setelah itu sekitar jam 12 malam kita balik dan pulang.
Semenjak itu kita udah gak ketemu lagi selama seminggu. Gua
cuma makan, main, nonton, dan tidur di rumah dengan siklus puasa (bangun siang
tidur malam). Saat itu gua mulai merenung tentang pengumuman SBM dan kita. Gua
pernah ngerasain ini saat SMP, pasti kita semua juga. Dari dulu gua berharap
punya teman kayak di film 5cm, gua selalu mikir kalau gua bakal dapat itu saat
kuliah nanti. Tapi entah kenapa gua jadi baper dan sedih aja kita bakal pisah.
Apalagi saat kita ngomong kalau emang masa ini bakal berakhir. Saat itu gua
mulai buat cerita tentang kita. Saat
Inten masuk lagi pun kita udah jarang ketemu, hanya beberapa dari kita yang
masih Inten. Bahkan saat bukber angkatan gua juga ikut niatnya buat kumpul
bareng tapi pada gak ikut.
Gua yakin di SMA kalian punya banyak teman selain kita, gua
juga. Tapi bagi gua kalian adalah alasan utama gua setuju kalau SMA itu masa
yang indah. Awalnya gua malu dan susah untuk ngeluarin pikiran gua tapi
sekarang gua keluarin, karena gua menyesal saat SMP gua gak kasih tau teman SMP
gua yang udah deket banget tapi sekarang udah ngilang dan menjauh. Mungkin gua
lebay, bodo amat. Gua masih nyari alasan kenapa kita bisa temenan, kenapa
kalian mau sampe sekarang, udah mau nerima aib dan kekurangan gua. Yang pasti
saat kuliah dan kedepannya gua tetap ingat cerita ini. Kita akan pisah, itu
pasti. Kita bakal kuliah di tempat yang berbeda, atau jadi alumni buat ngulang
lagi tahun depan. Atau mungkin satu PTN, tapi atmosfirnya akan berbeda. Gua
harap kalian gak akan lupain masa-masa ini dan sekali lagi makasih atas
semuanya.
Hingga akhirnya pengumuman SBMPTN dan Simak muncul. these are the story:
Hingga akhirnya pengumuman SBMPTN dan Simak muncul. these are the story:
0 komentar:
Post a Comment